13 November, 2015

PENDEKATAN NILAI-NILAI KEISLAMAN TERHADAP INFORMASI SEBAGAI SUMBER BELAJAR



PENDEKATAN NILAI-NILAI KEISLAMAN
TERHADAP INFORMASI SEBAGAI SUMBER BELAJAR
Oleh:  Wiji Suwarno


Abstrak:
Informasi adalah rangkaian dari berbagai data yang diolah sedemikan rupa yang memiliki arti sehingga bisa pahami dan dimaknai oleh penerimanya.   Informasi dalam sudut pandang pendidikan merupakan sumber belajar yang bisa mempengaruhi jiwa dan membawa perubahan ke arah yang lebih baik dan relative permanen.  Dalam perspektif  nilai-nilai keislaman, sasaran belajar adalah pada ranah hati, pikiran, perasaan dan mental.

Kata kunci:
Informasi, sumber belajar,  nilai-nilai keislaman
















Pendahuluan
Era modern yang didukung perkembangan teknologi dan informasi memberikan nuansa baru bagi lahirnya informasi-informasi di berbagai belahan dunia.  Tidak sampai pada hitungan hari, jam atau menit, informasi baru bisa lahir dan diketahui oleh masyarakat.  Sebut saja google yang sudah dikenal sebagai mesin pencari (search engine) informasi yang handal, yang memiliki kemampuan menghubungkan subjek informasi dengan objek sumber informasi di jagat raya ini.  Satu sentuhan tombol “enter” di komputer yang terkoneksi dengan internet, di sana akan bermunculan puluhan, ratusan atau bahkan mungkin ribuan data  yang accessable.   Jika memandang kebermanfaatannya, maka kemudian sangat bergantung pada  pelakunya.
Ada kalanya informasi menjadi satu objek berharga dimana dengan informasi seseorang mampu menjangkau pengetahuan tentang sesuatu yang tanpa batas.  Alam pikiran seolah menjadi berkembang dan mampu menaklukan batas-batas ruang dan juga tidak bergantung pada ketersediaan waktunya.  Informasi era kini seolah menjadi “makhluk halus” yang bisa datang kapan saja,  dapat dihadirkan diberbagai tempat dalam kondisi apa saja sehingga dapat digunakan  sesuai dengan keperluannya.
Informasi adalah data yang telah diproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu dan keputusan mendatang (Sutabri, 2005: 15).  Informasi dapat mengenai data mentah, data tersusun, kapasitas sebuah saluran komunikasi, dan sebagainya.  Information is data that has been processed into a form that is meaningful to the recipient and is of real or perceived value in current or prospective actions or decisions.
 Di lain pihak dikatakan bahwa informasi adalah sekumpulan data yang dikomunikasikan dalam bentuk yang dapat dipahami. Informasi merupakan konten dari berbagai format misalnya informasi yang tertulis atau tercetak, tersimpan dalam data base, atau terkumpul dalam suatu internet. Informasi juga dapat berupa pengetahuan staf dalam suatu organisasi (perekayasaan informasi, manajemen informasi dan ilmu informasi). Istilah informasi mencakup berbagai aktivitas yang salin berkaitan menggunakan istilah kepustakawanan.

Informasi adalah bagian ilmu pengetahuan
Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam mendo’akan orang yang mempelajari hadits Nabi agar diberikan cahaya di wajahnya, beliau bersabda :
عن زيد بن ثابت قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ

Ada kalimat yang dapat dipetik terkait dengan belajar, yaitu:

 نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا.....
“Semoga Allah memberikan nudlrah (cahaya di wajah) kepada orang yang mendengarkan sabdaku lalu ia memahaminya, menghafalnya dan menyampaikannya…”.

Dikatakan dalam hadis di atas bahwa setiap orang yang mendapatkan informasi, baik dari mendengar atau menbaca dari apa-apa yang disampaikan Rasullullah, maka pada hakekatnya dia telah belajar.   Menerima informasi, kemudian memahami, dan disampaikan kepada orang lain adalah bentuk aktivitas yang mampu mempengaruhi kondisi kognisi seseorang.   Informasi yang diterima jika disampaikan cenderung lebih lama berada dalam daya ingatan.  
Informasi adalah bagian dari data yang telah diolah sedemikian rupa, sehingga informasi itu siap diakses oleh siapa saja yang kemudian menjadi pengetahuan bagi penerimanya.  Proses semacam ini pernah dikemukakan oleh Hey (2004), sebagaimana dalam bagan berikut:

 
Pada bagan ini dapat diperoleh gambaran bahwa diawali dari data, informasi itu akan tercipta.  Sedangkan lebih lanjut, informasi yang diakses oleh masyarakat akan menjadi suatu pengetahuan yang berguna bagi pemustaka.  Di sinilah proses belajar itu dimulai.  Dimanan pengetahuan ini menjadi bentuk perubahan bagi individu untuk memiliki perbedaan dari kondisi sebelumnya.  Maka perubahan itu menjadikan seseorang akan bijaksana   dalam menentukan sikap, maupun dalam mengambil suatu keputusan.  Jika hidup sudah bertumpu pada kebijaksanaan ini, maka dapat dikatakan ia sudah menjadi orang-orang yang  memiliki pengpelajar, berpengetahuan dan wawasan luas. 

Prinsip belajar
Belajar adalah menuntut ilmu, mencari sesuatu yang belum diketahui.  Belajar ini dianjurkan sebagai upaya menanamkan semangat menggali dan memunculkan potensi diri sehingga berguna bagi masyaraktat banyak.
Artinya:  menuntut dari buaian ke liang lahat”. (HR. Muslim)

Ada baiknya jika sekilas kita menarik pada suatu terminologi tentang pengertian belajar, agar menemukan satu titik pemahaman terhadap berbagai aktivitas dimana belajar berada pada wilayah pembahasannya.  Menurut Winkel (1987), belajar  adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.  Selain itu, Ernest R. Hilgard dalam Suryabrata (1984:252)  menerangkan bahwa belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.   Senada dengan itu   Santrock (1998)  mengatakan bahwa Learning is the relatively permanent change in behavior that occurs through experience.
  Dari beberapa definisi di atas dapat diringkas dalam satu perspektif bahwa belajar memiliki elemen penting, yaitu:
  1. Belajar berkaitan dengan adanya perubahan pada tingkah laku
  2. Perubahan pada tingkah laku itu disebabkan karena adanya latihan atau pengalaman
  3. Perubahan tingkah laku tersebut biasanya relatif permanen
  4. Perubahan tingkah laku tidak hanya pada perilaku yang terlihat (overt) tetapi juga pada tingkah laku yang tidak terlihat (covert)
  5. Perubahan tingkah laku dilakukan individu untuk beradaptasi pada lingkungannya.


Sumber Informasi  Untuk belajar  Dalam Perspektif Islam
Islam memberikan penjelasan bahwa bayi lahir ini dalam kondisi fitrah, yang berarti suci.  Setiap individu lahir dalam kondisi suci tidak terkontaminasi dosa maupun noda-noda kesalahan dalam konteksi kebersihan batin.   Maka diadopsi pula penjelasan ini oleh Skinner (1904-190) adalah tokoh psikologi yang terkenal dengan teori Stimulu-Respon (S-R) nya, memberikan keterangan bahwa manusia ini lahir itu dianggap sebagai kertas putih (tabularasa), mau jadi apa ia kelak ketika dewasa, bergantung pada lingkungan yang memberikan warna pada kertas tersebut.
Lingkungan yang dimaksud adalah keluarga, sekolah, dan atau masyarakat yang lebih luas lagi.  Dimana dari lingkungan-lingkungan itu terdapat interaksi yang saling mempengaruhi.    Maka menurut Sopiatin (2011, 40), kondisi individu ketika sedang dalam proses belajar, setidaknya ada 3 (tiga) aspek yang dekat dengannya yaitu: Pertama, pengolahan informasi.  Informasi disini dimaksudkan sebagai pesan-pesan yang ada dalam Alqur’an dan Hadits  yang diterima oleh individu.  Pesan-pesan ini akan menyentuh perasaan (the sense),  pemikiran (thinking), yang dapat digunakan sebagai tools (sarana) untuk memecahkan suatu masalah (problem solving).  Karenanya proses ini akan berkesan mendalam bagi individu yang bermuara pada teringatnya informasi yang telah diterima. 
Kedua adalah bentuk kepribadian,  kepribadian seseorang sangat dipengaruhi oleh kualitas penerimaan informasi yang datang.  Terkait dengan itu maka perhatian (attention), emosi (emosi) dan nilai (value) yang dibawa oleh informasi itu akan membentuk kepribadian si penerimanya.. 
Ketiga, adalah interaksi sosial, dimana individu sebagai makhluk sosial tidak akan bisa menghindari sentuhan-sentuhan sosial di lingkungannya. Untuk lebih menguatkan argument ini dapat dilihat dari bagan berikut:







Bagan 2:  Aspek dalam kegiatan belajar
 















Bagaimana informasi sebagai sumber belajar ini diperoleh?,  Jawabannya adalah sebagaimana perintah Allah SWT dalam Alqur’an dalam satu kata “Iqra”, yang bermakna bacalah.   Membaca bukan hanya bermakna melafalkan huruf-huruf, kata dan atau kalimat, melainkan memahami berbagai informasi yang diterima melalui panca indera, yaitu informasi dari melihat, mendengar, mencium, meraba dan merasa.
Ibnu Qayyim memberikan penafsiran tentang belajar dari informasi yang diperoleh melalui mendengar, dikatakannya bahwa  Nabi SAW mendoakan untuk orang yang mendengar sabdanya, memahami, menghafal dan menyampaikannya. Inilah martabat-martabat ilmu, yang dimulai dari belajar, membuat dirinya menguasai dan memahami sesuatu.  
Ada yang menarik disini bahwa belajar  menghasilkan perubahan kearah kompetensi yang baru   dan relative permanen.   Di sini barangkali bisa dibedakan antara pengertian pendidikan dan belajar.  Jika pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.  Maka belajar merupakan proses mental, sikap dan atau perilaku yang diperoleh melalui pengalaman, dan berakhir pada perubahan yang bersifat permanen. HR. Tirmidzi memperkuat argument ini bahwa:
“bukanlah orang cerdik, kecuali yang pernah tergelincir, bukan pula orang yang bijaksana kecuali orang yang berpengalaman  (HR. Tirmidzi).

Belajar dalam kacamata Rasulullah adalah mengubah perilaku, mendidik jiwa dan membina kepribadian manusia.

Sturktur Kepribadian sasaran belajar dalam pendekatan keislaman
Belajar adalah kegiatan yang dapat memberikan perubahan positif bagi eksistensi manusia.  Menurut Sopiatin (2011, 130 – 136), dalam Islam terdapat aspek dari struktur kepribadian yang menjadi sasaran dalam belajar, diantaranya:
1.      Hati (qalb)
Qalb atau hati adalah suatu organ tubuh yang menghasilkan pengetahuan yang benar, intuisi yang menyeluruh, mengehal Allah SWT, dan misteri ketuhanan.  Hati adalah bagian organ segala sesuatu yang memenuhi syarat untuk mengetahui berbagai ilmu.  Sebab unsur didalamnya ada niat, motivasi, keinginan dan sebagainya yang menjadi penggerak kehidupan.  Dalam istilah Faridi (1993,59) qalb disebut sebagai intelliegent self, yaitu tempat pertanggung jawaban manusia (qalb is the seat of human responsibility), tempat mengaktualisasikan segala potensi ruhani, sehingga berdampak pada tindakan atau perilaku.   Sigmun  Freud menggunakan istilah ego untuk menyebut tindakan yang dilakukan secara sadar yang bersumber dari kehendak.
Qalb ini bagian sisi spiritual manusia.  Apa yang digetarkannya tidak dapat dirasakan.  Manusia perlu belajar memberikan nutrisi ruhaniah kepada qalb ini sehingga menghasilkan perilaku yang baik, yang berdasar pada norma agama dan sosial.  Untuk merasakan getarannya dibutuhkan seni tersendiri, yaitu dengan berdzikir, sholat, dan atau kegiatan lain yang memungkinkan menjadi alat untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.

2.      Jasmani (Jism)
Sasaran belajar berikutnya adalah jasmani, yaitu struktur terluar manusia berupa badan atau fisi biologis.  Keberadaannya dapat dilihat oleh mata, bentuk rupanya bisa langsung dinilai.   Belajar mengolah jasmani artinya melakukan kegiatan yang membuat jasmani ini menjadi bersih, menarik, sehat, dan memiliki pesona bagi siapa saja yang menilai.    Bentuk belajar pada ranah ini adalah dengan berolah raga , yaitu melatih gerak otot secara teratur, sehingga fisik menjadi sehat dan segar, serta menarik dalam penampilannya.
Sesunggunnya Allah menciptakan manusia ini dalam bentuk yang sempurna.  Maka untuk menjaga kesempurnaan ini manusia perlu bersyukur, yaitu dengan menafakuri nikmat-nikmat yang diberikan Allah, merawat tubuh dengan baik, menjaga kesehatan dan senantiasa melakukan kegiatan-kegiatan fisik yang mendukung.

3.      Hawa Nafsu (Nafs)
Nasfsu (nafs) atau id, menurut Freud adalah keinginan manusia yang  memerlukan pemuasan.  Segala bentuk keinginan harus dituruti.   Maka manusia ini perlu belajar mengendalikan hawa nafsu ini.   Tidak semua keinginan adalah kebutuhan, dan tidak semua kebutuhan harus dipenuhi saat itu.   Maka belajar memberikan porsi bagi kebutuhan priotitas  perlu dilakukan agar keseimbangan antara id dan ego dapat terjaga. 

Penutup
Sebagai penutup dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan sumber belajar yang dapat dijadikan pijakan bagi individu untuk mengembangkan informasi ini menjadi pengetahuan yang pada akhirnya menghasilkan perubahan kearah yang lebih baik dan bersifat permanen.  Adapun sasaran belajar dalam pendekatan keislaman adalah diarahkan pada wilayah hati, pikiran, perasaan dan mental.
Demikian makalah ini disusun dengan harapan dapat dijadikan sebagai kontribusi dalam pengembanan khazahan ilmu pengetahuan.





















Daftar pustaka

Hey, Jonathan (2004). The data, information, knowledge, wisdom chain: The metaphorical ink, New York.
Najati, Utsman M (2003). Belajar EQ dan SQ Dari Sunah Nabi, Jakarta: Hikmah.
Sopiatin, Popi dan Sahrani, Sohari (2011), Psikologi Belajar dalam Perspektif Islam, Bogor: Ghalia Indonesia.
Suryabrata, Sumadi (1984). Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Andi Offset.
Winkel (1987), Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia