22 December, 2009

My Hero

Perempuan adalah ibu ...
yang menyemai benih kehidupan ...

Perempuan adalah kekuatan ...
yang menopang sendi-sendi kerapuhan ...

Perempuan adalah belahan jiwa ....
yang dinanti setiap pemuja cinta ...

Perempuan adalah pejuang kehidupan ...
yang membelah dinginnya malam demi keluarga tercinta ....

Perempuan adalah pohon rindang ....
yang ikhlas membagikan oksigen dan menelan CO2 ..

Untuk pahlawanku ...

03 December, 2009

Penyandang cacat panjat gedung tertinggi di Jawa Tengah

Solo, Atlet penyandang cacat Kota Solo, M Sabar (41), memanjat gedung tertinggi di Jawa Tengah, Solo Paragon, dalam memeriahkan Hari Penyandang Cacat Internasional. Dalam aksinya tersebut, Kamis, M Sabar memanjat gedung tersebut dari lantai dua menuju lantai 23 atau 88 meter dari 98 meter total tinggi bangunan tersebut.

M Sabar memanjat gedung yang akan dijadikan apartemen dan pusat perbelanjaan modern tersebut dengan teknik jumaring atau memanjat seutas tali vertikal. Dia berhasil mencapai puncak gedung tersebut dengan waktu sekitar 16 menit dari 45 menit waktu yang ditargetkan olehnya. Di puncak gedung tersebut, M Sabar menerbangkan sejumlah balon dan membentangkan spanduk yang bertuliskan "Difabel memberi bukti,", dan selanjutnya dia menuruni gedung tersebut untuk melakukan penghargaan dari pihak manajemen Solo Paragon.

"Aksi yang saya lakukan ini merupakan wujud pembuktian dari kaum difabel dapat melakukan banyak hal seperti orang normal. Bahkan, hal-hal yang sulit dilakukan orang normal, kaum difabel dapat melakukannya," kata ayah dari satu anak tersebut.

Dia mengatakan, aksi ini menjadi dorongan bagi pemerintah dan kalngan masyarakat lainnya untuk memberikan ruang yang lebih dalam penyetaraan hak-hak warga yang selama ini kurang dirasakan kaum difabel. "Contoh yang paling nyata adalah dalam penyediaan lowongan kerja bagi kaum difabel. Selama ini banyak kalangan yang meremehkan kami," kata Sabar yang mengalami kecacatan sejak 1989. Dia berharap melalui aksi ini dapat menggugah hati semau kalngan masyarakat dan pemerintah untuk memberikan ruang yang lebih, terutama dalam kesempatan kerja, bagi kaum difabel.


Dia mengatakan, dalam aksi memanjat gedung tertinggi di Jawa Tengah tersebut, dia tidak mengalami kesulitan yang berarti. "Saya telah mempersiapkan aksi ini, terutama dalam orientasi medan," kata atlet panjat tebing peraih medali emas nomor lead khusus difabel dalam kejuaraan panjat tebing Asian Championship 2008 di Chuncheoen, Korea Selatan.

Sebelum aksi ini, dia mengatakan, dia sering melakukan pemanjatan Gedung Balai Kota Surakarta setinggi enam lantai. "Saya menargetkan pada 2010 atau 2011 akan memanjat Menara Kembar Pertonas di Malaysia. Mungkin persiapan yang akan saya lakukan adalah melakukan pemanjatan gedung-gedung tertinggi di Jakarta," kata M Sabar. (ant)

Sumber : Sinar Harapan

Tanggal 3 Desember Hari Penyandang Cacat Internasional

Berdasarkan Resolusi 47/3, pada tahun 1992 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan 3 Desember sebagai hari internasional bagi penyandang cacat. Tujuan peringatan ini adalah mengembangkan wawasan masyarakat akan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kehidupan para penyandang cacat atau difabel dan memberikan dukungan untuk meningkatkan martabat, hak, dan kesejahteraan para penyandang cacat.

Setelah 17 tahun apakah tujuan dari peringatan ini sudah terwujud ? Rasanya masih banyak hal yang harus dikerjakan terutama menyangkut persoalan aksesibilitas, kesempatan untuk mewujudkan eksistensi diri, berkarya dan peluang untuk berprestasi.

Beberapa tulisan berikut ini mengulas tentang aksesibilitas bagi penyandang cacat dan hal-hal lain yang terkait :
  1. Aksesibilitas di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang
  2. Kebijakan Pemprov DKI Jakarta
  3. Peringatan 3 Desember dan 10 Desember
  4. Koran anak Indonesia
  5. Hak penyandang cacat terhadap aksesibilitas fasilitas publik
  6. Modifikasi motorcycle untuk penyandang cacat
  7. Kebijakan tentang inklusi.pdf
  8. Kamar tidur dan kamar mandi bagi pengguna kursi roda
  9. LPPM UNS tentang penyandang cacat
  10. IBM KidSmart Early Learning

06 September, 2009

Penyandang ketunaan: istilah pengganti "penyandang cacat"

Oleh : Didi Tarsidi

Pada tanggal 8-9 Januari 2009 diselenggarakan semiloka tentang terminology “penyandang cacat”, disponsori oleh Komnas HAM dan Departemen Sosial RI, bertempat di Balai Besar Rehabilitasi Binadaksa, Cibinong, Jawa Barat. Istilah alternative yang dihasilkan dari semiloka tersebut akan direkomendasikan untuk dipergunakan guna menerjemahkan frase “persons with disabilities” yang dipergunakan dalam International Convention on the Rights of Persons with Disabilities yang akan dituangkan ke dalam penyusunan RUU tentang ratifikasi konvensi tersebut.

Mengapa Perlu Istilah Pengganti?

Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta) memberikan beberapa arti untuk kata “cacat” yang mencakup: (1) kekurangan yang menyebabkan mutunya kurang baik atau kurang sempurna (yang terdapat pada badan, benda, batin atau ahlak); (2) lecet (kerusakan, noda) yang menyebabkan keadaannya menjadi kurang baik (kurang sempurna); (3) cela atau aib; (4) tidak/kurang sempurna.

Sebagaimana dapat kita lihat dari pengertian-pengertian yang diberikan dalam kamus bahasa Indonesia tersebut, kata cacat selalu diasosiasikan dengan atribut-atribut yang negatif dan oleh karenanya istilah “penyandang cacat” cenderung membentuk opini publik bahwa orang-orang dengan kecacatan ini malang, patut dikasihani, tidak terhormat, tidak bermartabat. Hal ini sangat bertentangan dengan tujuan Konvensi untuk mempromosikan penghormatan atas martabat “penyandang cacat” dan melindungi dan menjamin kesamaan hak asasi mereka sebagai manusia. Oleh karena itu, kita harus menemukan istilah alternative yang bermartabat untuk mengacu pada orang-orang yang menyandang kecacatan ini.

Apa Istilah yang Dipergunakan di PBB dan Negara-negara Lain?

Perserikatan Bangsa-bangsa dan Negara-negara berbahasa Inggris menggunakan istilah “disability”. Lihat misalnya judul dokumen-dokumen berikut ini: Disability Discrimination Act (undang-undang Kerajaan Inggris, 1995); Americans with Disabilities Act (undang-undang Amerika Serikat, 1999); Convention on the Rights of Persons with Disabilities (konvensi PBB, 2006).

Dalam the International Classification of Impairments, Disabilities and Handicaps, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1980), mendefinisikan tiga aspek kecacatan, yaitu impairment, disability, dan handicap.
Impairment adalah kehilangan atau abnormalitas struktur atau fungsi psikologis, fisiologis, atau anatomis (Any loss or abnormality of psychological, physiological, or anatomical structure or function).
Disability adalah suatu keterbatasan atau kehilangan kemampuan [sebagai akibat dari suatu impairment] untuk melakukan suatu kegiatan dengan cara atau dalam batas-batas yang dipandang normal bagi seorang manusia (Any restriction or lack (resulting from an impairment) of ability to perform an activity in the manner or within the range considered normal for a human being).
Handicap adalah suatu kerugian, bagi seorang individu tertentu, sebagai akibat dari suatu impairment atau disability, yang membatasi atau menghambat terlaksananya suatu peran yang normal, tergantung pada usia, jenis kelamin, faktor-faktor sosial atau budaya (A disadvantage, for a given individual, resulting from an impairment or disability, that limits or prevents the fulfillment of a role that is normal, depending on age, sex, social and cultural factors).

Definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa disability hanyalah salah satu dari tiga aspek kecacatan itu. Sementara impairment merupakan aspek kecacatan pada level organ tubuh, dan handicap merupakan aspek yang dipengaruhi oleh factor-faktor yang tidak terkait langsung dengan kecacatan, disability merupakan aspek kecacatan pada level keberfungsian individu.
Suatu impairment belum tentu mengakibatkan disability. Misalnya, seseorang yang kehilangan sebagian dari jari kelingking tangan kanannya tidak akan menyebabkan orang itu kehilangan kemampuannnya untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara selayaknya.
Demikian pula, disability tidak selalu mengakibatkan seseorang mengalami handicap. Misalnya, orang yang kehilangan penglihatan (impairment) tidak mampu mengoperasikan computer secara visual (disability) tetapi dia dapat mengatasi keterbatasannya itu dengan menggunakan software pembaca layer bersuara (speech screen reader) dan oleh karenanya dia tetap dapat berperan sebagai seorang programmer komputer. Akan tetapi, handicap dalam bidang programming itu akan muncul manakala dia dihadapkan pada komputer yang tidak dilengkapi dengan speech screen reader. Ini berarti bahwa keadaan handicap itu ditentukan oleh factor-faktor di luar dirinya.

UU RI No. 4/1997, Pasal 1 ayat 1, mendefinisikan “penyandang cacat” sebagai “setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya”. Definisi ini sebenarnya memiliki pengertian yang senada dengan “disability”. Jadi, kalau orang tidak suka dengan istilah penyandang cacat itu bukan karena konsepnya yang salah, melainkan karena pilihan kata yang dipergunakan untuk mewakili konsep itu (cacat) yang bermasalah - sebagaimana telah dikupas pada bagian awal dari artikel ini, yang telah membawa kita pada perlunya menemukan istilah alternatif.

Apa Sebaiknya Istilah Alternative Itu?

Semiloka selama dua hari sebagaimana disebutkan di atas tidak berhasil menyepakati satu istilah pengganti “penyandang cacat”. Ada sembilan istilah alternative yang direkomendasikan untuk dipertimbangkan lebih jauh oleh sebuah tim khusus, yang hasilnya akan diajukan untuk uji public. Istilah alternative itu harus memenuhi criteria sebagai berikut:
a. Deskriptif realistis tetapi
b. tidak mengandung unsur perendahan martabat (non-derogatory);
c. Bahasa Indonesia; dan
d. Sudah cukup familier bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Tiga dari sembilan istilah yang direkomendasikan oleh semiloka itu adalah: “difabel”, “orang berkebutuhan khusus”, dan “penyandang ketunaan”.

Saya pertama kali mendengar istilah diffabled pada tahun 1981 dalam suatu diskusi pada konferensi ketunanetraan Asia yang diselenggarakan bersama oleh International Federation of the Blind (IFB) dan World Council for the Welfare of the Blind (WCWB) di Singapura. Istilah ini kemudian diIndonesiakan menjadi “difabel”. Diffabled merupakan akronim dari differently abled, dan kata bendanya diffability (akronim dari different ability) dipromosikan oleh orang-orang yang tidak menyukai istilah disabled dan disability. Orang-orang ini mengartikan istilah disability secara tidak lengkap sebagai “ketidakmampuan”. Mereka berargumen bahwa orang-orang dengan disability bukan tidak mampu melainkan memiliki kemampuan yang berbeda.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, WHO mendefinisikan disability bukan sekedar ketidakmampuan, melainkan ketidakmampuan untuk melakukan suatu kegiatan dengan cara-cara yang dipandang normal, dan oleh karenanya istilah ini tetap memberi ruang bagi orang dengan disability untuk melakukan kegiatan dengan cara yang berbeda (sebagaimana dicontohkan dengan kasus programmer tunanetra di atas). Contoh itu dengan jelas menunjukkan bahwa orang dengan disability bukan memiliki “kemampuan yang berbeda” seperti yang diklaim oleh istilah “diffability”, melainkan dapat memiliki kemampuan yang sama tetapi harus menggunakan cara yang berbeda.
Perlu difahami bahwa “disability” bukan lawan kata “ability” (kemampuan). Lawan kata ability adalah inability; sedangkan lawan kata disability adalah non-disability. Jadi, istilah “diffabled” atau “diffability” itu mengandung pengertian yang secara konseptual mengundang perdebatan.
Lebih jauh, istilah diffabled ataupun diffability merupakan istilah yang asing bahkan bagi penutur asli bahasa Inggris, mungkin sama asingnya dengan istilah “difabel” bagi orang Indonesia. Oleh karenanya, orang-orang tertentu berpandangan bahwa penggunaan istilah ini cenderung merupakan upaya untuk menutup-nutupi kekurangan, melarikan diri dari kenyataan, meskipun saya sendiri berpandangan bahwa pelarian diri dari keadaan kecacatan bukan esensi di balik penggunaan istilah “difabel” ini, melainkan merupakan satu upaya untuk menghindari istilah “cacat” yang cenderung merendahkan martabat.
Dengan demikian, istilah difabel hanya memenuhi satu dari empat criteria istilah yang tepat, yaitu hanya “tidak mengandung unsur perendahan martabat”.

Istilah “orang berkebutuhan khusus” memenuhi keempat criteria di atas tetapi memiliki pengertian yang terlalu luas. Istilah “persons with special needs” pertama kali dicantumkan dalam dokumen kebijakan internasional dalam Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi mengenai Pendidikan Kebutuhan Khusus yang dihasilkan dalam Konferensi Dunia tentang Pendidikan Kebutuhan Khusus, Salamanca, Spanyol, 1994, diselenggarakan oleh UNESCO bekerjasama dengan pemerintah Spanyol. Pada paragraph 3 pendahuluan Kerangka Aksi itu dinyatakan bahwa kebutuhan khusus itu dapat dihadapi oleh anak penyandang kecacatan dan anak berbakat, anak jalanan dan anak pekerja, anak dari penduduk terpencil ataupun pengembara, anak dari kelompok linguistik, etnik ataupun kebudayaan minoritas, serta anak dari daerah atau kelompok lain yang tak beruntung. Pernyataan ini menunjukkan dengan jelas bahwa kecacatan hanyalah merupakan salah satu dari banyak penyebab kebutuhan khusus. Oleh karena itu, istilah “orang berkebutuhan khusus” tidak dapat digunakan untuk menggantikan istilah “penyandang cacat”.

“Penyandang ketunaan” sebagai istilah alternative yang paling tepat

Kata “tuna” berasal dari bahasa Jawa kuno yang berarti rusak atau rugi. Penggunaan kata ini diperkenalkan pada awal tahun 1960-an sebagai bagian dari istilah yang mengacu pada kekurangan yang dialami oleh seseorang pada fungsi organ tubuhnya; lihat misalnya istilah tunanetra, tunarungu, dll. Penggunaan istilah tuna ini pada awalnya dimaksudkan untuk memperhalus kata cacat demi tetap menghormati martabat penyandangnya, tetapi dalam perkembangan selanjutnya kata tuna digunakan juga untuk membentuk istilah yang mengacu pada kekurangan non-organik; lihat misalnya istilah tunawisma, tunasusila, dll. Akan tetapi, kata tuna tidak lazim digunakan untuk mengacu pada barang yang rusak, tidak seperti kata cacat yang dapat digunakan untuk mengatakan, misalnya, “sepatu ini cacat”.
Secara kebahasaan, tuna adalah kata sifat (adjective), dan kata bendanya adalah ketunaan, yang secara harafiah berarti kerugian atau kerusakan. Paralel dengan kata “tuna” yang digunakan untuk memperhalus kata “cacat”, maka kata “ketunaan” dapat pula digunakan untuk memperhalus kata “kecacatan”. Oleh karenanya, istilah “penyandang ketunaan” dapat digunakan untuk pengganti istilah „penyandang cacat” (yang secara gramatik seharusnya “penyandang kecacatan”).
Istilah “penyandang ketunaan” memenuhi keempat kriteria di atas. Istilah ini deskriptif realistis, yaitu tetap menggambarkan keadaan yang sesungguhnya (kerusakan, kekurangan atau kerugian sebagaimana arti harafiah kata tuna itu), tetapi tidak mengandung unsur perendahan martabat berkat hakikat eufemisme yang sudah melekat pada kata tersebut. Lebih jauh, istilah „tuna“ juga sudah dikenal dan diterima secara luas, baik oleh penyandangnya maupun oleh masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, istilah „penyandang ketunaan“ tidak terdengar sebagai istilah baru, dan bahkan sudah banyak yang menggunakannya. Pencarian kata „ketunaan“ di Internet dengan Google pada tanggal 25 Januari 2009 pukul 21.29 memunculkan 23900 hasil, sedangkan pencarian frase „penyandang ketunaan” pada pukul 21.30 memunculkan 158 hasil.
Kata tuna atau ketunaan bahkan juga sudah tercantum dalam berbagai dokumen perundang-undangan, antara lain: Undang-undang Nomor 19/2002 tentang Hak Cipta; Peraturan Pemerintah Nomor 72/1991 tentang Pendidikan Luar Biasa; Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 104/Menkes/Per/II/1999 tentang Rehabilitasi Medik; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas Dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Oleh karena itu, mengingat keseluruhan rasional yang telah dipaparkan dalam artikel ini, sangat dianjurkan agar kita menggunakan istilah „penyandang ketunaan“ untuk mengacu pada orang-orang yang menyandang kecacatan atau untuk menerjemahkan frase persons with disabilities.

Tentang Penulis

DR. Didi Tarsidi adalah dosen pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, dan Ketua Umum Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni). Dia sendiri adalah seorang penyandang ketunaan, tunanetra.

Sumber : http://www.d-tarsidi.blogspot.com/

29 August, 2009

Telkomsel Peduli Difabel

Jakarta - Telkomsel melibatkan 100 pemuda untuk ikut pelatihan teknisi ponsel yang digelar di enam wilayah: Bukit Tinggi, Lampung, Tawangmangu, Tegal, dan dua lokasi di Jakarta, yakni Ancol dan Ragunan. Uniknya, di antara seluruh peserta yang ikut terdapat sejumlah difabel."Di antara seratus peserta yang mengikuti pelatihan ini, kami juga menyertakan sepuluh pemuda yang memiliki cacat tubuh namun masih mampu menggunakan kedua tangannya," sebut GM Corporate Communications Telkomsel, Azis Fuedi dalam keterangan tertulis yang dikutip detikINET, Kamis (27/8/2009)

Pelatihan yang menitikberatkan pada pembekalan teknik dasar reparasi ponsel dan strategi bisnisnya ini, akan digelar selama dua minggu sejak 26 Agustus sampai 9 September dalam event Telkomsel Siaga 2009. Diharapkan, para pemuda terpilih ini dapat mengembangkan potensi diri dalam berwirausaha. Aziz menjelaskan, materi pelatihan merupakan kombinasi dari teori dan praktik, mulai dari pengenalan komponen ponsel, peralatan reparasi, hingga simulasi berbagai kasus kerusakan ponsel dan cara penanganannya. "Melalui metode pelatihan yang sistematik dan memadai ini, kami berharap semoga bisa menjadi bekal bagi para peserta sekaligus menciptakan peluang wirausaha," tandasnya.
(Sumber : detikinet/Achmad Rouzni Noor)

Kursi Roda Skuter Manjakan Difabel

Tokyo - Terobosan baru bagi kaum difabel dihadirkan oleh para ahli robot dan kesehatan di Jepang. Mereka menghadirkan sebuah kursi roda nyentrik, yang memudahkan kaum difabel untuk berpindah tempat. Kenapa nyentrik? Karena tidak seperti kursi roda pada umumnya, kursi roda yang disebut Rodem ini memiliki bentuk mirip skuter. Sehingga pasien atau kaum difabel seolah-seolah sedang mengendarai sebuah skuter.

Rodem dikendalikan dengan joystik dan memiliki pegangan seperti layaknya sepeda motor. Tentunya desain ini memudahkan user untuk mengendalikannya. "Aku percaya ini ide baru untuk sebuah kursi roda," ujar Makoto Hashizume, kepala Veda International Robot Research and Development Centre. Dengan 'kendaraan' ini, pengguna dapat lebih leluasa berpindah tempat tanpa harus terlalu tergantung dengan bantuan orang lain," tambahnya, seperti dikutip detikINET dari AFP, Kamis (27/8/2009).

Ini merupakan penemuan pertama yang ditelurkan Veda Centre yang merupakan proyek bersama antara peneliti robot Jepang Tmsuk Co dan para peneliti dari 10 universitas. Rencananya robot ini akan digunakan untuk bidang kesehatan. Namun, belum ada rencana untuk mengkomersialkannya dalam waktu dekat. Presiden Tmsuk, Yoichi Takamoto menyebut bahwa Rodem masih terlalu sederhana untuk disebut robot. Namun, Rodem akan terus disempurnakan. "Kami akan menambahkan lebih banyak lagi fungsi robot. Misalnya saja, sebuah fungsi yang memungkinkan piranti ini menghampiri tempat tidur saat Anda memanggilnya," tandasnya.
( Sumber : detikinet/Fransiska Ari Wahyu)

13 August, 2009

PADB Melawai Sumbang 100 Alat Bantu Dengar

Dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional tahun 2009 serta Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-64, Pusat Alat Bantu Dengar Melawai (PABD Melawai) kemarin, Kamis (0609) menyumbangkan 100 buah Alat Bantu Dengar (ABD) kepada para penyandang tunarungu yang kurang mampu sebagai bentuk kepedulian PABD Melawai kepada mereka.

Bertempat di Gedung Melawai Group, bantuan yang diberikan kepada 80 orang anak berusia 4 – 18 tahun dan 20 orang dewasa usia 20 – 50 tahun ini dilaksanakan di hadapan perwakilan dari Dinas Sosial serta undangan lainnya. Pemberian bantuan ini hasil kerjasama PABD Melawai dengan Siemens Hearing Instruments Inc – produsen Alat Bantu Dengar terkemuka dan terbesar di Jerman -- serta Federasi Nasional untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (FNKTRI) sebagai pihak yang membantu mencarikan calon penerima bantuan ABD ini, sehingga bantuan dapat diterima oleh mereka yang betul-betul membutuhkan.

“Dasar pertimbangan untuk memberikan bantuan terutama kepada anak anak usia sekolah karena ABD sangat mereka butuhkan dalam proses kegiatan belajar mengajar setiap hari,” jelas Priscilla R.K. Bahana – Direktur Pusat Alat Bantu Dengar Melawai. “Seperti kita ketahui, pengembangan bahasa sangat diperlukan agar mereka mampu berprestasi dan mandiri seperti anak-anak normal, sehingga mereka pun dapat mengembangkan seluruh potensi akademik, disamping tentunya kemampuan lainnya, seperti kemampuan bersosialisasi,” tambah Priscilla.

Mengenai kriteria pencarian pihak yang berhak mendapatkan Alat Bantu Dengar ini, Drs. Totok Bintoro M.Pd , Ketua FNKTRI menjelaskan, “Selain anak-anak yang masih mengenyam bangku sekolah, beberapa orang penerima sumbangan yang sudah beranjak dewasa, sudah bekerja di berbagai instansi, tetapi karena kondisi ekonomi yang belum memungkinkan, mereka belum dapat memperoleh rehabilitasi yang optimal. Oleh karenanya, bantuan ini juga mereka terima untuk memperlancar pekerjaan mereka serta kegiatan sehari-hari lainnya.”

“Gangguan pendengaran bukan aib dan bukan akhir segalanya,” tegas Drs. Anton Subarto, Dipl Aud – audiologist dan pakar pendidikan anak tunarungu dari PADB Melawai. “Namun jika insan-insan tunarungu ini tidak mendapatkan habilitasi dan rehabilitasi dengan tepat dan semestinya seperti: pemeriksaan pendengaran yang tepat, pemasangan alat bantu dengar yang tepat serta pendidikan yang tepat dengan mengembangkan kemampuan bahasa oral aural dengan baik, mereka akan tetap menjadi manusia bisu.”

Lebih lanjut, Anton menambahkan, bahwa sebaliknya dengan pelayanan rehabilitasi yang tepat, seperti pemasangan dan penggunaan alat bantu dengar yang tepat, pendidikan secara oral dan aural yang tepat, mereka akan mampu berkomunikasi secara oral dan aural dengan baik, mencapai prestasi akademik yang tidak kalah dengan teman-temannya yang tidak mengalami masalah pendengaran.

Contohnya, salah satu penerima bantuan alat bantu dengar pada hari ini bernama Paulus Ganesha – penyandang tuli sejak lahir. Dengan pendidikan yang tepat dan memakai ABD yg tepat, Paulus dapat menyelesaikan pendidikan Sarjana di Universitas Budi Luhur jurusan Sistem Informasi setelah lulus dari SMA Luar Biasa Pangudi Luhur dan sekarang ini telah bekerja sebagai tenaga Middle Java Developer (J2EE) di sebuah perusahaan asing. Paulus adalah salah satu bukti nyata bahwa penyandang tunarungu bukanlah manusia yang tidak dapat berprestasi dan mempunyai masa depan

Program pemberian bantuan 100 buah ABD merupakan wujud nyata kepedulian PABD Melawai terhadap kaum tunarungu yang kurang mampu.

“Kami berharap melalui kegiatan ini kami dapat mempersembahkan mereka sebuah kemerdekaan dalam bentuk yang khusus, sehingga para penderita tunarungu yang hari ini menerima bantuan alat bantu dengar dapat segera merasakan keleluasaan dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Dengan demikian, mereka pun dapat terus mencatat berbagai prestasi dalam bidangnya masing-masing,” ungkap Priscilla menambahkan. “Semoga kegiatan ini dapat terus kami lakukan setiap tahun sebagai upaya berpartisipasi dalam usaha memajukan dan mencerdaskan bangsa Indonesia,” pungkas Priscilla, mengakhiri pembicaraan siang itu.
(Sumber : Perempuan.com) & (Foto : Kristianto Purnomo/Kompas)

11 August, 2009

The four finger pianist

Terlahir cacat itu bagiku merupakan anugerah spesial dari Tuhan. Aku sampaikan pesan bahwa kalian bisa melakukan apa pun,” kata Hee Ah Lee (21), pianis asal Korea yang terlahir dengan empat jari.

Ode to Joy karya Beethoven itu mengalun dari piano Hee Ah Lee di Lagoon Tower, Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (28/3) pagi. Itu hanya bagian repertoar sehari-hari Hee, selain juga nomor populer Ballade Pour Adeline, Hungarian Dance dari Brahms, sampai karya Chopin Fantasie Impromptu. Hee memainkan karya itu dengan empat jari.

Ia menderita lobster claw syndrome. Pada masing-masing ujung tangan Hee terdapat dua jari yang membentuk huruf V seperti capit kepiting. Kakinya hanya sebatas bawah lutut hingga tak dapat menginjak pedal piano standar. Untuk bermain piano, pedal sengaja ditinggikan agar bisa diinjak oleh kakinya yang pendek itu. Ia juga mengalami keterbelakangan mental. Kondisi semacam itu mungkin akan dibahasakan orang sebagai kekurangan. Akan tetapi, Hee menyebutnya sebagai, “Special gift, anugerah spesial dari Tuhan.”

Ia bisa memainkan Piano Concerto No 21 dari Mozart bersama orkes simfoni. Ia mendapat sederet penghargaan atas keterampilan bermain piano. Ia berkeliling dunia, termasuk bermain bersama pianis Richard Clayderman di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat. “Aku berkeliling dunia. Aku bermain piano dari sekolah ke sekolah untuk memberi motivasi kepada kaum muda bahwa mereka bisa melakukan apa pun kalau berusaha,” kata Hee. Kasih ibu Hee akan tampil dalam konser Sharing The Strength of Love di Balai Kartini, Jakarta, pada Sabtu (31/3) malam yang digelar promotor Empang Besar Makmur (EBM) bekerja sama dengan Radio Delta FM 99.1 Jakarta dan koran Korea HannhPress. Hee hadir untuk memberi inspirasi kepada orang tentang kekuatan kasih yang mengubah “kekurangan” menjadi kekuatan.

Hee lahir dari Woo Kap Sun (50). Woo telah mengetahui sejak awal bahwa anaknya akan terlahir cacat. Ayah Hee adalah bekas tentara Korea. “Ada sanak keluarga kami menganggap itu sebagai aib. Mereka bahkan menyarankan agar jika kelak lahir, bayi itu dikrim ke panti asuhan,” kata Woo dalam bahasa Korea lewat penerjemah. Woo menolak saran tersebut. Ia menerima Hee sebagai kenyataan dan anugerah. Ia pun menamai anaknya dengan nama indah. Hee dalam bahasa Korea berarti suka cita. Dan Ah adalah tunas pohon yang terus tumbuh, sedangkan Lee nama marga. Hee Ah Lee adalah suka cita yang terus tumbuh bagai pohon. “Ketika lahir saya melihat, ah betapa cantiknya dia. Ini anugerah Tuhan,” kata Woo dengan muka berbinar. “Saya bacakan cerita-cerita sebelum tidur. Saya nyanyikan lagu-lagu untuk dia dalam buaian,” lanjut ibu yang tangguh itu.

Woo merawat, mendidik dan memperkenalkan Hee pada kehidupan nyata. Ia memperlakukan Hee sebagaimana anak-anak lain. Untuk melatih kekuatan otot tangan, Hee diajarinya bermain piano sejak usia 6 tahun. Saat itu, jarinya belum mampu mengangkat pensil. Hee mengenang guru piano pertamanya yaitu Cho Mi Kyong sebagai guru yang keras. Sang guru memperlakukan Hee sebagai murid dengan sepuluh jari. Ia tidak melatih Hee dengan pertimbangan rasa kasihan karena kondisi fisik. “Guru saya bilang, jangan bersikap sebagai orang cacat. Tapi bermainlah sebagai orang normal,” kenang Hee yang selalu ramah dalam bertutur. “Aku berlatih terus hingga lelah dan menangis. Betapa sulit bermain dengan empat jari. Susah sekali bagiku memainkan notasi yang bersambungan,” kata Hee lagi.

Ketika Hee memainkan arpeggio atau memainkan chord secara melodik dan runut, memang terdengar ada not yang terlompati. Tapi, itu tidak merusak melodi ataupun mengubah bangun komposisi. Ia mengaku 70 persen bermain dengan hati dan sisanya dengan teknik yang ia kondisikan untuk empat jari. Pernah menyerah? Patah semangat? “Bayangkan Anda makan satu jenis makanan terus menerus. Aku pernah bosan. Tapi, aku memakannnya terus. Aku berlatih terus menerus,” kata Hee tentang ketekunan. Percaya diri Begitulah, diam-diam sang ibu menanamkan rasa percaya diri. Ia menggembleng Hee agar tumbuh mandiri, penuh percaya diri dan bersemangat baja menghadapi hidup. Bayangkan, untuk bisa memainkan karya Chopin Fantasie Impromptu, Hee berlatih lima sampai sepuluh jam sehari selama
lima tahun. Hasilnya memang luar biasa. Umur 12 tahun, Hee telah menggelar resital piano tunggal. “Ibu menanamkan rasa percaya diri padaku. Bahwa aku harus bisa melakukan segalanya sendiri. Bahwa kalau aku bisa main piano, aku bisa melakukan apa saja. meski aku tahu itu makan waktu banyak,” ungkap Hee. Piano menjadi sahabat dan jendela bagi Hee untuk melangkah di pentas kehidupan. Ia lalui masa kecil dengan bahagia seperti kebanyakan anak-anak.

Ketika ada cercaan orang, Hee menghadapinya secara dewasa. “Teman-teman ada yang mengatai aku sebagai hantu atau monster. Tetapi, aku menerima itu,” kata Hee, tetap dengan senyum. “Aku tidak pernah membandingkan diri dengan orang lain atau merasa beda dengan yang lain. Aku hanya ingin melakukan sesuatu seperti orang lain,” kata Hee pula. He Ah Lee menjadi inspirasi bagi mereka yang merasa diri sempurna untuk berbuat sesuatu bagi kehidupan. FRANS SARTONO (Kompas 29 Maret 2009)

11 July, 2009

Al-Qur'an Melarang Diskriminasi

Suatu hari pada masa kerasulan, di Mekkah, nabi Muhammad SAW dikunjungi dua kelompok tamu yang datang hampir bersamaan. Semula datang beberapa orang borjuis Mekkah (Utbah bin Rabi'ah, Abu Jahal dan Abbas bin Abdul Mutholib), kemudian datang lagi seorang proletar penyandang tunanetra (Ibn Umi Maktum), keduanya punya tujuan sama ingin tahu ajaran baru yang dibawa Muhammad SAW (walaupun motivasinya belum tentu sama).

Nabi melihat dua kelompok ini sebagai target dakwah yang potensial untuk menjadi jama'ah yang loyal. Hanya saja sebagai manusia dia menilai mana yang paling menguntungkan bagi perjuangannya. Logis jika menilai borjuis lebih bermanfaat, ketimbang proletar. Dari segi jumlah tiga tentu lebih banyak dari pada satu. Dengan pengaruh dan kekayaan yang dimiliki bangsawan Quraisy ini, tentu akan banyak menyokong perjuangan nabi. Maka pada saat itu, sadar tidak sadar, nabi telah melakukan tindakan diskriminatif dengan bermuka masam dan berpaling terhadap seorang tunanetra dan memilih untuk melayani pembesar Quraisy.

Maka nabi mendapat teguran dari Allah SWT, yaitu sebagai berikut:
  1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling
  2. karena telah datang seorang buta kepadanya
  3. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa)
  4. atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
  5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup
  6. maka kamu melayaninya
  7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman)
  8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
  9. sedang ia takut kepada (Allah)
  10. maka kamu mengabaikannya
  11. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan
  12. maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya
(Q.S. 'Abasa/80;1-12)

Berkaca dari peristiwa tersebut, apakah kita tidak mengulangi kesalahan yang sama, bersikap diskriminatif terhadap penyandang cacat/difabel (different abbility people). Berapa banyak fasilitas publik yang tak terakses oleh difabel, tidak sedikit sarana umum dibuat tidak aksesibel. Sekolah, transportasi umum, perpustakaan, rumah ibadah, bahkan rumah sakit.

Jika nabi diingatkan langsung oleh Allah untuk tidak diskriminatif, siapakah yang mengingatkan kita jika realitasnya juga melakukan diskriminasi? .....(Hariyanto Kamil)

10 July, 2009

JAWS dan Peristiwa Gua Hiro

JAWS (bukan hiu) adalah akronim dari Job Access With Speech yaitu sebuah perangkat lunak pembaca layar (screen reader) yang diluncurkan pertama kali tahun 1989 oleh Ted Henter (seorang programer komputer yang kehilangan penglihatannya karena kecelakaan). Sedangkan peristiwa gua Hira adalah momentum awal dari proses turunnya wahyu (al-Qur'an) kepada nabi Muhammad SAW, yang turun secara berkesinambungan selama hampir 23 tahun. Peristiwa gua Hira ini terjadi sekitar tahun 610 M (13 SH*), saat Muhammad SAW berusia 40 tahun.

Lalu apa hubungan JAWS dengan peristiwa gua Hira ?! , tidakkah keduanya terjadi dalam waktu yang berbeda, dipisahkan oleh tempat dan waktu lebih dari 1000 tahun. Sekilas memang tidak ada hubungannya, namun bila direnungkan secara mendalam terutama dalam konteks information for all (transformasi dari education for all) maka ada korelasinya, yaitu teknologi yang diterapkan dalam JAWS sama metodenya dengan apa yang dilakukan malaikat Jibril saat menyampaikan wahyu pertama kali (Q.S. Al-Alaq; 1-5) kepada nabi Muhammad SAW.

Ketika Jibril memerintahkan Iqra ....! ( bacalah) , Muhammad SAW menjawab saya tidak dapat membaca, lalu diulang sampai tiga kali, namun jawaban nabi tetap sama yaitu "Saya tidak dapat membaca ...". (Dalam banyak literatur dikatakan bahwa nabi Muhammad adalah seorang yang ummi/buta aksara**). Kemudian Jibril menyampaikan wahyu itu secara lisan, didiktekan, di-imla-kan, kata per kata, kalimat per kalimat, dan diikuti oleh nabi hingga informasi itu sampai dan terekam sempurna dalam memori nabi.

Sebuah pertanyaan yang menggelitik, mengapa perintah membaca itu diulang sampai tiga kali? apakah media yang digunakan pada waktu itu tekstual/tercetak sehingga nabi tidak dapat membacanya?Untuk mengetahui jawabannya perlu ditelusur bagaimana sesungguhnya proses penyampaian wahyu kepada nabi-nabi sebelumnya.

Nabi Musa (Moses) saat menerima wahyu Ten Commandment (sepuluh perintah Tuhan) di bukit Tursina (mount Sinai) secara tekstual/tercetak dalam 2 loh batu yang isinya:
  1. Jangan ada Tuhan pada dirimu selain Allah
  2. Jangan membuat patung untuk disembah, karena Tuhan bukanlah patung
  3. Jangan bersumpah sembarangan atas nama Tuhan
  4. Muliakanlah hari Saba'at
  5. Hormatilah ayah ibumu
  6. Jangan membunuh
  7. Jangan berzinah
  8. Jangan mencuri
  9. Jangan bersaksi/sumpah palsu
  10. Jangan iri/mengingini milik sesamamu
Demikian juga wahyu yang diturunkan kepada nabi Ibrahim, informasinya dikemas dalam mushaf (lembaran-lembaran) seperti yang diinformasikan dalam Al-Quran "Inna hadza lafi suhufi al-uula, suhufi Ibrohima wa Musa" (Q.S. Al-A'laa/87; 18-19).

Atas dasar itu, mungkin saja tradisi penyampaian wahyu secara tekstual pada awalnya juga diterapkan oleh Jibril kepada nabi Muhammad. Namun, karena kondisi nabi yang ummi maka Jibril merubah tradisi dari teksual menjadi audio, dari bentuk tulisan ke bentuk suara.
Metode ini jugalah yang digunakan oleh Ted Henter dalam membuat teknologi adaptif bagi tunanetra. JAWS merubah informasi yang ada pada tampilan layar monitor ke bentuk suara, hingga perangkat lunak ini disebut mesin pembaca layar (screen reader).

Kesimpulannya "kreativitas" yang dilakukan oleh malaikat Jibril dalam kasus penyampaian wahyu kepada nabi Muhammad SAW, diaplikasikan ulang oleh Ted Henter dalam teknologi komputer bagi tunanetra. Apa benar demikian ? Wallahu 'alam bi sawab. (Hariyanto Kamil)

*SH= Sebelum Hijriah
** Keummian nabi Muhammad memang dipertentangkan, apakah orang secerdas nabi benar tidak bisa membaca, bukankah nabi pernah mengirim surat kepada raja-raja untuk menyiarkan Islam, sekalipun bukan dia yang menulis tetapi setidaknya dia akan membaca surat itu sebelum dikirimkan, ataukah dia memang percaya isi surat itu sesuai dengan apa yang dia maksud. Bisa jadi pada saat nabi menerima wahyu itu dia belum belajar membaca, karena kemampuan membaca pada zaman itu adalah kemampuan yang langka. (Ingat tidak dapat membaca bukan berarti bodoh, tetapi kondisi yang memaksa demikian, sama halnya dengan kakek buyut kita saat penjajahan Belanda, hanya bangsawan dan pribumi kaya saja yang mampu bersekolah. Sama seperti kondisi orang kulit hitam pada era perbudakan di Amerika, haram untuk belajar membaca). Dalam beberapa kejadian, tawanan perang yang memiliki kemampuan membaca dibebaskan oleh nabi dengan tebusan harus mengajar membaca.

07 July, 2009

Selamat Tinggal Prof.

Prof Dr Badri Yatim (52), Wakil Koordinator Kopertais I, Senin (6/7) pukul 6.55 meninggal dunia di Rumah Sakit Jakarta Medical Center (JMC), Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Almarhum meninggal karena sakit yang dideritanya.

Almarhum dimakamkan di pemakaman UIN Jakarta Ciputat setelah dishalatkan di Masjid Fathullah. Beliau meninggalkan seorang istri dan dua anak. Selamat jalan Bung ....., namamu akan tetap dikenang, terukir dalam karya-karyamu. Terima kasih telah memperkaya khazanah tentang sejarah peradaban Islam.

11 June, 2009

Mengatasi Keterbatasan Tanpa Batas

Jika sobat melihat saudara kita bertongkat, berjalan "terbata-bata"
Itulah keterbatasan yang didapat
Tapi jangan kira bagaimana jika di dunia maya
'Bak Maestro , piawai lincah berselancar,
Laksana empu mengolah kata menjadi cerita

Masih bertanya?
Silahkan hunjungi Kartunet

08 June, 2009

Tokoh Difabel Dunia

Keterbatasan fisik bukan berarti membelenggu ekspresi
Seperti tembang Bung Iwan:

Tak berkaki coba untuk berlari ........
Tak berjari cengkram berulang kali .........
Tak bermata pandang dunia dengan jiwa........
Tak bertelinga jangan cepat kecewa ..........

Kenalkah sobat dengan tokoh-tokoh hebat ini:
  1. Stephen Hawking
  2. Ali Ibnu Ahmed Ibnu Yusuf Ibnu Al-Khizr Al-Amidi
  3. Thaha Husein (1889-1973)
  4. Franklin Delano Roosevelt
  5. Helen Keller
  6. At-Tirmidzi

01 June, 2009

UI Bakal Miliki Perpustakaan Terbesar di Dunia

Sumber : Okezone (Senin, 1 Juni 2009 - 10:43 wib)

DEPOK - Universitas Indonesia (UI) melakukan upacara pemancangan tiang pertama menandai dimulainya pembangunan Gedung Perpustakaan UI, hari ini.

Fasilitas tersebut dibangun di atas area seluas 2,5 hektare, sehingga akan menjadi salah satu perpustakaan terbesar, termodern, dan terindah di dunia. Perpustakaan ini akan menjadi salah satu motor internasionalisasi pendidikan tinggi di Indonesia. Penting artinya untuk memacu produktivitas dan inovasi kampus sebagai salah satu motor kemajuan peradaban bangsa.

Deputy Director Corporate Communications UI Devie Rahmawati mengatakan, luas bangunan keseluruhan sekitar 30.000 m2 dan merupakan pengembangan dari perpustakaan pusat yang dibangun tahun 1986-87.

Pembangunan gedung delapan lantai ini ditargetkan selesai pada bulan Desember 2009. "Proyek ini didanai dari sumber pemerintah dan industri,terutama Bank BNI, dengan anggaran senilai R100 miliar," papar Devi dalam siaran pers, Senin (1/6/2009).

Dia menjelaskan gedung perpustakaan ini didisain dengan konsep sustanaible building. Sebagian kebutuhan energi menggunakan sumber terbarukan (solar energy). Di dalam gedung tidak diperkenankan menggunakan plastik. "Area baru ini bebas asap rokok, hijau, serta hemat listrik, kertas dan air," ungkap Devi.

Menurut dia, Perpustakaan Pusat UI tersebut akan dapat menampung sekitar 10.000 pengunjung dalam waktu bersamaan atau diperkirakan akan menampung pengunjung sekitar 20.000 orang per hari.
"Perpustakaan ini akan menampung sejumlah 3-5 juta judul buku, dilengkapi ruang baca, silent-room bagi dosen dan mahasiswa yang sedang menulis laporan penelitian atau karya ilmiah lainnya," kata Devi.

Selain itu, tambah dia, perpustakaan akan dilengkapi sistem ICT mutakhir yang menungkinkan pengunjung menikmati secara leluasa sumber informasi elektronik seperti e-book, e-journal, dan lainnya.
Sementara itu, sistem peminjaman akan berbasis sepenuhnya ICT. Akses luas akan dibuka di perpustakaan ini dengan pusat pembelajaran dan perpustakaan lain di dunia.

Sedangkan, keindahan perpustakaan lahir dari perpaduan gaya arsitektur yang unik seperti prasasti, dinding perpustakaan terbuat dari batu dan kaca yang berisi tulisan atau huruf dari seluruh dunia.

Pepohonan besar berusia 30 tahunan, dengan diameter lebih 100 cm, yang tidak ditebang saat pembangunan, melengkapi bagian depan dan samping lanskap gedung tersebut. Keindahan menjadi lengkap karena gedung mengeksplorasi secara maksimal keindahan tepi danau yang asri, sejuk, dan, teduh.

Secara lebih spesifik, fasilitas ini dimaksudkan pula bagi upaya meningkatkan mutu UI dan perguruan tinggi lain di Indonesia seperti
tercermin di rangking yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga internasional. Sebagai contoh UI mencanangkan masuk 200 besar dunia atau 30 besar Asia. Posisi UI saat ini di tingkat dunia adalah 287 dan di Asia 50 menurut versi THES QS. (ram)

Baca juga:
  1. Cyber Library for Integration

28 May, 2009

Kampus Ramah Difabel

Konsep pendidikan inklusif di Indonesia sudah menampakan buahnya, banyak saudara kita yang difabel (different ability people) mulai menampaki langkahnya di perguruan tinggi. Pertanyaannya sekarang bagaimana menciptakan kampus yang ramah terhadap difabel, karena walau bagaimanapun model pembelajaran di perguruan tinggi berbeda dengan di sekolah menengah, di mana kemandirian dalam belajar lebih dominan. Untuk itu diperlukan suasana kampus yang memiliki aksesibilitas terhadap difabel.

Jika sobat punya pengalaman terkait dengan hal ini, berbagilah dengan kami disini.

Cobalah kunjungi ini:
  1. Pengalaman Mimi di Leeds University (UK)
  2. Konsorsium Perpustakaan perguruan Tinggi M25 Consortium of Academic Libraries
  3. Tempat parkir di University of New England
  4. Pusat Kajian Disabilitas Universitas Indonesia
  5. Teknologi Adaptif di UIN Sunan Kalijaga
  6. College education for disabled adults Back to College

20 May, 2009

Perjuangan Kaum Difabel

Di atas kertas, hak kaum difabel tertulis rapi dalam regulasi
Dalam realitas, hak different ability people banyak dikebiri

Dalam keterbatasan mereka berjuang
Dalam kegelapan mereka membaca
Dalam kesunyian mereka bersuara
Dalam kelumpuhan mereka bergerak
menuju ke satu titik
aktualisasi diri

Jika sahabat mau meluangkan waktu
Jadilah mata, kaki dan telinga mereka
Jika sahabat mau berbagi ruang
Hargai potensi mereka

*Selamat kepada Prof. Irwanto atas pengukuhannya sebagai Guru Besar, juga sukses buat: Saharuddin Daming , Didi Tarsidi dan Ahmad Basri atas gelar doktornya
Serta salut buat pejuang tangguh lainnya:
Ninik Karta Atmadja , Agung Rejeki Yuliastuti, Mimi Mariani Lusli, Bambang Purwanto , Eko Ramaditya Adikara,Irawan Mulyanto, Dimas Prasetyo, Aris Yohanes,M. Ikhwan Toriqo, Alabanyo , Sidik, Wawang cs., Wijaya dan Arif.

04 February, 2009

Suap Menyuap

Tahun 2008 lalu adalah tahun "buka-bukaan", banyak koruptor terjerat oleh hukum. Sekalipun nabi Muhammad telah menggariskan bahwa yang menyuap dan yang disuap balasannya adalah neraka jahanam, namun saat ini koruptor lebih takut KPK ketimbang sangsi Tuhan.

Pertengahan 2009, pemilu berpotensi adanya money politic ..., jika MUI memfatwakan GOLPUT HARAM, seharusnya juga ada fatwa tentang jual beli suara.

TETAPI ada praktek suap-suapan yang perlu ditiru, contohnya seperti ini:

27 January, 2009

Dewan HAM PBB: Israel Penjahat Perang

Navi Pillay, salah satu komisioner Dewan HAM PBB meminta agar segera dibentuk tim penyelidik independen terhadap Israel, atas dugaan Israel telah melakukan kejahatan perang dalam agresi militernya ke Jalur Gaza. Secara khusus, Navi menyebutkan kasus pembantaian yang dilakukan pasukan Zionis terhadap 30 warga sipil Palestina dalam sebuah rumah di Gaza Tengah.

"Saya sangat peduli dengan pelanggaran-pelanggaran hukum internasional. Insiden-insiden semacam ini, harus diselidiki karena menunjukkan beberapa elemen kejahatan perang," kata Pillay.

Ia melanjutkan, "Pasukan militer punya tanggung jawab internasional dalam posisi mereka, yaitu melindungi warga sipil dan bukannya membunuh warga sipil. Tentara-tentara itu juga punya tanggung jawab untuk menolong warga sipil yang luka-luka."

"Dalam kasus ini, anak-anak dalam kondisi tak berdaya dan ada tentara di dekat mereka," sambung Pillay.

Pillay menyerukan investigasi terhadap agresi Israel ke Jalur Gaza dalam sidang khusus Dewan HAM PBB yang membahas krisis Gaza. Dalam pidatonya, ia mengatakan bahwa Israel harus dimintai pertanggungjawaban atas pelanggaran hukum internasional yang dilakukannya.

Pillay juga menegaskan, melihat banyaknya korban di kalangan sipil terutama anak-anak, serangan Israel ke Jalur Gaza sama sekali tidak bisa diterima. Belum ada keputusan apakah Dewan HAM PBB akan melakukan penyelidikan itu dan menyeret Israel ke pengadilan HAM internasional. (ln/prtv)

Sumber : Eramuslim

Sekjen PBB : Israel Penjahat Perang

Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki-moon menuntut para pemimpin Rezim Zionis Israel untuk diseret ke pengadilan internasional sebagai penjahat perang. Ban Ki-moon kemarin (Selasa 20/1) tiba di Gaza untuk menyaksikan dari dekat kondisi warga ini pasca aksi brutal Israel selama 22 hari ke wilayah ini. Setelah menyaksikan kerusakan dan kondisi Gaza pasca aksi brutal Israel tersebut, kususnya bangunan milik PBB, Ban Ki-moon mengatakan, pejabat Israel harus bertanggungjawab dan diseret ke pengadilan internasional. Seraya menyebut kondisi Gaza sangat memperihatinkan, sekjen PBB ini menyatakan kesiapan PBB untuk membantu masalah yang dihadapi warga Gaza.

Berdasarkan data pusat statistik Palestina, lebih dari 4.000 rumah hancur selama serangan brutal Israel ke kawasan ini dan 17.000 rumah lainnya mengalami kerusakan berat. Lembaga ini menyebut angka kerugian akibat aksi brutal Israel ke Gaza mencapai 1,9 juta USD. Serangan tersebut juga merusak 50 bangunan milik PBB di wilayah ini. Ban Ki-moon hari Senin 19/1 di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara Arab di Kuwait melaporkan keputusan PBB untuk mengirim tim investigasi ke Jalur Gaza pekan ini.(Irib/Sbl)

Sumber : Sabili

21 January, 2009

Be Optimistic on Obama : He is Osama

Pokoknya percaya aja sama Obama. Ia adalah Osama yang nyamar jadi Obama. Gak percaya, lihat di bawah ini :


TUNGGU DULU, Menurut penelitian entah berantah sedikitnya tiap 5 orang dari penduduk dunia memiliki kemiripan, salah satunya yah... antara Barack dan Usamah, dan ada lagi yang juga mirip Barack Obama, orang sunda, seorang wartawan photo yang mendadak jadi bintang iklan, ini iklannya:


Bahkan dalam acara"Bukan Empat Mata" Tukul mampu menghadirkan 2 orang sekaligus yang mirip Obama. He..he..he..

19 January, 2009

Nasyid Palestina Gaza (Queen of Syria)

We will no go down (Michael Heart)


A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die

We will not go down
In the night, without a fight

We will not go down
In Gaza tonight

(Cahaya putih yang membutakan mata
Menyala terang di langit
Gaza malam ini
Orang-orang berlarian untuk berlindung
Tanpa tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati

Mereka datang dengan tank dan pesawat
Dengan berkobaran api yang merusak
Dan tak ada yang tersisa
Hanya suara yang terdengar di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Wanita dan anak-anak
Dibunuh dan dibantai tiap malam
Sementara para pemimpin nun jauh di sana
Berdebat tentang siapa yang salah dan benar

Tapi kata-kata mereka sedang dalam kesakitan
Dan bom-bom pun berjatuhan seperti hujam asam
Tapi melalui tetes air mata dan darah serta rasa sakit
Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah asap tebal)

Download MP3 :

17 January, 2009

16 January, 2009

Sniper vs Cluster Bomb

Keberpihakan bangsa Indonesia pada Palestina bukan semata-mata karena sentimen agama, lebih dari itu ini adalah masalah kemanusiaan, dan bukankan dengan tegas bangsa Indonesia telah memproklamirkan bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, serta penjajahan sudah seharusnya dihapuskan di muka bumi (60 tahun penjajahan Israel atas Palestina bukanlah waktu yang singkat..)

Melihat tidak sebandingnya persenjataan antara Israel dan Hamas, seperti berkaca pada sejarah bangsa kita yang berani menggunakan bambu runcing melawan serdadu Belanda (juga sekutunya) yang bersenjata lengkap....

Mau tau bagaimana efektifnya pejuang Hamas melumpuhkan tentara Isreal, simak video berikut ini:


Karena video diatas ada yang menghapus (?), maka ada video lainnya:

Kisah Sedih dari Jabaliya

''Oh, Tuhan! Saya tidak pernah melihat pemandangan mengerikan seperti ini,'' kata Abu Aukal, sambil menangis tersedu.

Abu Aukal adalah seorang dokter. Bertugas di bagian gawat darurat, dia telah terbiasa menangani korban terluka maupun tewas akibat agresi Israel di Jalur Gaza, dalam berbagai kondisi. Tapi, tidak untuk yang satu ini. Dia hampir tak memercayai apa yang dilihatnya.

Beberapa hari lalu, di kamp pengungsi Jabaliya, yang terletak di bagian utara Gaza City, tak jauh dari pintu perbatasan Erez, seorang bocah perempuan, Shahd (4 tahun), sedang bermain di halaman belakang rumahnya. Tiba-tiba, tentara Zionis Israel menyerang dan menembak membabi-buta. Bocah gemuk yang lucu itu bersimbah darah.

Melihat anaknya tergeletak di lantai dengan kondisi mengenaskan, kedua orang tuanya buru-buru mengulurkan tangan hendak meraihnya. Tapi, serdadu Israel mengusirnya dengan hujan peluru. Kedua orang tua itu pun meninggalkan tempat itu, sementara anaknya masih tertidur di sana: entah sedang sekarat, entah sudah tewas.

Rupanya tentara Israel yang selalu membawa anjing pelacak saat melakukan serangan darat ke Jalur Gaza, memang punya maksud tertentu dengan tindakannya itu. Jenazah Shahd sengaja dibiarkan tergeletak di halaman terbuka itu untuk (maaf) dijadikan santapan anjing.

''Anjing-anjing itu meninggalkan satu bagian utuh tubuh bayi malang itu,'' kata Abu Aukal, dengan air mata berderai, saat menuturkan cerita tragis itu, seperti dikutip islamonline, kemarin.

''Kami melihat pemandangan memilukan selama 18 hari terakhir (agresi Israel). Kami mengangkat mayat anak-anak yang tercabik atau terbakar. Tapi, tak ada yang seperti ini,'' kata Abu Aukal.

Berhari-hari saudara Shahd, Matar, dan sepupunya, Muhammad, mencoba meraih tubuh gadis itu, tapi sia-sia. Lagi-lagi, tentara pendudukan Israel menggunakan bahasa tembakan untuk mengusir kedua bocah itu.

Tapi, melihat tubuh Shahd yang terus dicabik anjing dari hari ke hari, Matar dan Muhammad tak tahan. Pada hari kelima, keduanya nekat mendekati tubuh Shahd yang masih tersisa untuk membawanya pulang. Belum lagi keduanya meraih tubuh Shahd, tentara Israel menghujani dengan tembakan. Keduanya tewas.

Omran Zayda, tetangga Shahd, menilai tentara Israel sangat mengetahui apa yang mereka lakukan. ''Mereka (tentara Israel--Red) menghalau dan mencegah keluarga yang ingin mengambil mayat (Shahd), karena mengetahui anjing-anjing mereka akan memakannya,' ' katanya.

Apa yang terjadi pada Shahd, kata Zayda, tak bisa digambarkan dengan kata-kata, tidak pula rekayasa kamera. ''Anda tidak akan pernah membayangkan apa yang telah dilakukan anjing-anjing itu kepada tubuh anak tak berdosa itu,'' kata pria ini sambil menahan air matanya.

Zayda menambahkan, ''Mereka bukan hanya membunuh anak-anak kami. Mereka juga melakukan tindakan yang sangat keji dan tak berperikemanusiaan. '' Sejumlah orang Palestina meyakini apa yang terjadi pada Shahd bukanlah satu-satunya kasus mengerikan yang dilakukan tentara Israel kepada warga Palestina di Gaza.

Sebelumnya, menimpa keluarga Abu Rabu yang sedang mencoba menguburkan tiga anggota keluarganya yang tewas, ketika tentara Israel secara tiba-tiba mencegah acara penguburan itu dengan berondongan peluru. Saat keluarga yang sedang berduka itu menjauh, tentara Israel melepaskan anjing-anjing pelacaknya ke arah tubuh-tubuh itu. Peristiwa ini juga terjadi di Jabaliya.

''Apa yang terjadi ini sangat mengerikan dan tak terbayangkan, '' kata Saad Abu Rabu, salah satu anggota keluarga itu. ''Anak-anak kami tewas di depan mata kami, tapi kami bahkan dicegah untuk menguburkan mereka. Orang-orang Israel melepaskan anjing-anjing ke arah tubuh-tubuh mereka, seakan yang mereka lakukan belum cukup,'' katanya sambil menangis.

Masih di Jabaliya, harian terkemuka Israel, Haaretz, melaporkan seorang dokter Palestina, dr Issa Salah (28), dibunuh tentara Israel, Senin (12/1), ketika sedang menolong korban serangan Israel. Menurut Mizan--sebuah organisasi kemanusiaan di Gaza--saat itu Issa dan timnya memasuki gedung yang diserang misil Israel.

Issa dan timnya masuk ke gedung itu sambil meminta yang selamat untuk meninggalkan gedung, sementara tim medis itu mencari mereka yang menjadi korban. Tapi, beberapa menit kemudian, sebuah helikopter kembali menembakkan misilnya ke gedung itu. Issa pun tewas. Serangan itu juga menewaskan sejumlah wanita dan anak-anak.

Tewasnya dr Issa membuat jumlah petugas medis yang dibunuh selama agresi Israel di Jalur Gaza menjadi tujuh orang. Selain itu, tiga rumah sakit dan empat klinik kesehatan juga dihancurkan oleh mesin-mesin perang Zionis.

Peristiwa kelam yang terjadi di Gaza memang memilukan. Tak ada lagi sejengkal pun tempat yang aman untuk berlindung dari kebuasan mesin-mesin perang Israel. Bahkan, Israel pun seolah tak lagi mempunyai hati untuk sekadar memberi perlakuan yang baik kepada orang-orang yang telah dibunuhnya.

Apa yang terjadi di Gaza, menurut pejabat senior United Nation Relief and Work Agency, John Ging, merupakan ''tes bagi kemanusiaan kita.'' run

15 January, 2009

Israel Gunakan Senjata Kimia Berbahaya

Organisasi Hak Asasi Manusia Human Rights Watch (HRW) membenarkan bahwa militer Israel telah menggunakan senjata kimia berbahaya dalam serangan brutalnya ke Jalur Gaza. Senjata kimia itu berupa bom-bom yang mengandung fosfor putih yang jika mengenai tubuh manusia, bisa membakar daging sampai ke tulang-tulangnya.

Selengkapnya di eramuslim.com



Baca juga:
Korban Jiwa Gaza Lampaui 1.000
Pasukan TNI di Libanon Temukan bom cluster milik Isreal
Osama serukan perang suci

Rekaman video bom Israel:

13 January, 2009

Zainal n Fatimah

saya cek hp saya, barusan
ada sms begini :

Ass. Alhamdulillah sdh lahir putra pertama kami pd tgl 13 Jan 2009,
jam 11 siang dengan berat 3,3 kg melalui operasi ceacar. Zainal n
Fatimah.

sms dari 0815112564XX

Saya bingung :
Pertama "
1. Seinget saya temen saya yang namanya zainal udah punya anak 2 dan tiga, (apa zainal udah nambah babon yaa?)
2. Fatimah yang saya kenal, fatimah bude saya, fatimah (doktor &janda muda, cantik lagi, apa udah dapet gebetan ya?) , dan fatimah rekan kerja yang anaknya udah tiga.
(maklum memori saya sedang saya letakkan di Bandar Lampung dan sekitarnya).
3. Nomor hape itu tidak ada di memori saya.

saya, untuk tidak mengecewakan si pengirim sms dan sok kenal sok
dekat, saya balas begini (mudah-mudahan ia mau memberi clue tambahan) :
Selamat ya, smg menjadi anak shaleh. Melahirkan dmana?

lalu dapat reply

Drmh skt smd.


Tambah bingung lagi. mesti dibaca apa? kalo drmh mesti artinya di
rumah, skt artinya sakit dan SMD? pening,,,,,,,,,

SMD = bisa berarti semendo. tapi gak ada kota yang namanya semendo
SMD = semarang deh
dsb dsb.,.....

Setelah berfikir keras, kalo-kalo ada temen saya yang beberapa hari
lalu perutnya buncit. dimana dan siapa, akhirnya ketemu nama Fatimah,
rekan kita di UI dan smd artinya Samarinda


Wah..... Selamat ya.
Semoga anakmu gak jadi tukang jaga buku!

Salam

Puji

08 January, 2009

Sejarah Palestina dan Israel (sebuah opini)

Berkibarkanlah bendera perjuangan
Tularkan semangat jihad mu ke seantero dunia
Serempak lawan kekuatan zionis Israel sang Dajjal
Sekalipun hanya dengan lemparan batu..
Kalahkan keangkuhan dan kebiadaban Israel ....

Tahukah anda bagaimana karakter bangsa Israel? ....

Yang pasti mereka tidak punya hati nurani, tidak pernah belajar dari sejarah, dan pembohong ulung, kalau perlu Tuhan pun dibohongi....

Pertarungan David dan Goliath adalah kisah heroik yang diagung-agungkan oleh Yahudi, dimana dalam kisah itu diceritakan David (Israel) mampu mengalahkan Goliath (Filistine) yang bertubuh raksaksa. Pelajaran yang bisa diambil adalah kemenagan tidak dapat diukur dari besar kecilnya kekuatan, tetapi pada keyakinan dalam memperjuangkan kebenaran. Saat ini kisah berbalik, Israel menjadi raksaksa 'Goliath' (Jalut) dan Palestina menjadi 'David' (Daud). Maka Israel tidak pernah belajar dari sejarah ...!






Ketika Isreal diselamatkan oleh Musa A.S. dari kekejaman Fir'aun, bukan terima kasih yag didapat tetapi malah pembangkangan yang dilakukan. Bahkan ketika Nabi Isa A.S. (Jesus) diutus untuk memperbaiki kesalahan para Rabi Yahudi, malah 'dijual' kepada Herodes untuk diadili. Maka Israel adalah bangsa yang culas ...!





Ketika bangsa Arya (Nazi Jerman) membantai habis-habisan kaum Yahudi, harusnya mereka tahu bagaimana rasanya dibantai. Tetapi saat ini mereka membantai bangsa Palestina. Maka betapa Isreal tidak punya hati nurani...!

Ketika serdadu Isreal mati karena perlawanan Hamas, mereka tidak mau mengakuinya dan mengatakan karena salah tembak ...(keangkuhan ini malah terlihat bodoh, bukankah gol bunuh diri itu lebih memalukan ketimbang karena serangan lawan)....!

Baca juga:
Sejarah Yahudi
Palestina Muslim
50 rabi paling berpengaruh di US
Amerika setali tiga uang dengan Isreal (sepak terjang tentara US di Iraq)

06 January, 2009

Doa untuk Palestina

Imam Masjid Istiqlal (Prof.Dr.KH. Ali Musthafa Ya'qub) mendapat pesan dari sahabatnya yang tinggal di Palestina agar umat Muslim se-dunia nanti malam membaca surat Al-Fath (Kemenangan), yaitu surat ke 48 sebanyak 29 ayat. Mari kita lakukan!

Pengirim pesan : Isep Djuanda